Oleh Achunk Maloloh/MR. Mauludi
Saat Adam diciptakan dari makhluk yang sebelumnya sudah diciptakan, yakni tanah, saat itulah mulai muncul suatu pilihan. Adam tidak bisa nyaman sendirian, kemudian memilih antara sendiri dan membutuhkan teman atau pasangan. Kemudian, diciptakan Hawa yang diambil dari bagian Adam sendiri sesuai pilihan Adam, yakni Hawa.
Bagaimana pilihan berlanjut dan terus berlanjut sampai pada peradaban saat ini. Adam dan Hawa menikmati pilihan-pilihannya hingga memilih dunia sebagai tempat hidup selanjutnya dari pelanggaran pada buah yang disebut buah Khuldi. Di mana, menurut kisahnya, buah khuldi tersangkut pada tempatnya masing-masing. Khludi Adam tersangkut dibagian leher dan khuldi Hawa dibagian belahan dadanya.
Pilihan makhluk lain yang gaib lebih ganas lagi, seperti Iblis beserta bangsanya yang memilih tetap bersama api dan ingin merusak manusia. Pilihan ini tak bisa kita nalar akal begitu saja tanpa ada keyakinan yang mumpuni terhadap skenario Tuhan. Tak bisa menyalahkan Iblis yang memiliki pilihan ttersendiri.
Bagaimana Malaikat yang dipilih menjadi makhluk yang paling taat dan rajin sebagai makhluk Tuhan, bahkan memiliki tugas masing-masing. Malaikat Jibril menjadi yang terdepan di kalangan Malaikat lainnya dalam menjalankan tugasnya sebagai asisten Tuhan. Pilihan Malaikat disesuaikan tugasnya dan menunggu perintah Tuhan.
Masih banyak kisah-kisah dan realita tentang sebuah pilihan yang harus dipilih sebagai bentuk menemukan jati diri masing-masing. Sejarah memberi banyak gambaran dan kenyataan bahwa pilihan memang harus dipilih sesuai keyakinan dan kemampuan.
Para nabi pun semuanya terlahir dengan berbagai pilihan-pilihan, baik pada dirinya sendiri maupun pada umatnya. Seorang Ayyub yang memilih bertahan dengan penyakit kulitnya hingga kurang lebih 18 tahun lamanya dari pada meminta kesembuhan, sehingga ditinggal oleh istri-istrinya yang tak sanggup setia menemaninya. Pilihan Ayyub bukan tanpa alasan selain hanya kekuatan iman pada Tuhan.
Nabi akhir zamanpun yang menjadi suri teladan manusia sampai saat ini memberi gambaran piluhan yang salah satunya berupa sikap sabar yang tanpa batas, yakni Muhammad SAW yang sangat mulia akhlaknya. Pilihan ini juga bukan tanpa alasan selain karena kekuatan iman dari cahaya di atas cahaya.
Kita sebagai makhluk manusia sudah pasti tidak akan luput dari beragam pilihan-pilihan. Maka, pilihan terbaik sesuai kapasitas diri, kemampuan, dan keyakinan harus bisa memilih yang terbaik untuk diri-sendiri. Bukan malah membiarkan pilihan-pilihan itu mengambang tanpa kejelasan dan akhirnya tidak memberi nilai bahkan manfaat.
Jadilah pemilih yang baik dan tepat terhadap pilihan-pilihan yang dihadapi meskipun terkadang pilihan itu sangat sulit dan menyakitkan. Karena Tuhan menciptakan manusia itu memilih di antara banyaknya pilihan-pilihan yang Tuhan hamparkan dalam semesta ini. Selamat memilih yang terbaik dan pastikan pilihan hidup kita sudah sesuai dengan impian dan harapan.
Edisi_MemilihPilihan
1 Comments
Keren ..menginspirasi...
ReplyDelete