Oleh: Nok Ir
Di Hutan Utara
yang ditumbuhi pepohonan rimbun lengkap dengan sebuah telaga berair jernih, berdiamlah beberapa
kawanan serigala. Setiap sekawanan
terdiri dari serigala induk, pejantan dan beberapa ekor anak serigala. Mereka
hidup rukun dan damai, saling berbagi serta menyayangi antara satu serigala
dengan serigala lainnya, dan antara sekawanan dengan sekawanan lainnya pula.
Tak ada iri dengki, membenci atau ingin
melukai. Yang ada adalah saling memberi,
melindungi dan berbagi. Mereka tinggal dan mencari makan di hutan yang mereka
rawat dengan sepenuh kasih sayang. Tak ada yang boleh menyia-siakan kekayaan
serta isi hutan. Pohon, telaga, air, lembah dan gunung harus terpelihara dengan
baik. Jika ada yang
merusaknya, maka perusaknya berkewajiban
memperbaiki hingga kembali
hingga seperti semula.
Pada salah satu
sekawanan serigala tersebut, ada Ron pejantan sang ayah, Nis ibu serigala,
berikut 3 serigala anak, Viny, Vidy, dan Vicy. Mereka hidup rukun, damai dan saling
mencintai sesama keluarga. Ayah Ron adalah kepala suku sekawanan serigala di
Hutan Utara, sebab ketegasan dan bijaksananya . Ibu Nis adalah ibu pengasih
bagi semua serigala, bukan
hanya pada anak-anaknya saja, tapi pada seluruh isi hutan serigala. Viny, Viny
dan Vicy adalah anak yang manis dan penurut. Warga serigala sayang
dan menaruh hotmat pada mereka. Hanya ada satu yang mengganjal pikiran Ayah Ron
dan Ibu Nis pada sikap Vicy, serigala bungsu mereka.
“Apa yang
membuat wajahmu bersedih, duhai anakku?” Tanya ibu Nis penuh hati-hati. Ini adalah pertanyaan ketiga sore itu. Pertanyaan
pertama dan kedua Ibu, didiamkannya saja.
“Apa ada yang
memusuhimu?” Sambung Ayah segera
Kali ini Vicy
tak bisa hanya diam, harus menjawab jika Ayah Ron yang bertanya.
“Tak ada yang
memusuhiku, Ayah. Hanya ada yang
mengganjal di hatiku." Tukas Vicy lemas.
“Ada apa ya?”
“Mengapa aku tak
sama dengan kedua saudaraku dan teman lainnya. Apa yang salah denganku?” Sergah
Vicy setengah teriak.
“ Tak sama
bagaimana?”
“Tak pahamkah Ayah,
warna bulu tubuhku
yang tak kelabu, menjadikanku
berbeda?” Tanyanya kemudian, membuat
Ron terperangah.
Dan benar, warna
bulu Vicy berbeda. Jika serigala lain kebanyakan berwana gelap antara abu
kelabu, coklat tua atau hitam, tak demikian dengan Vicy, bulu tubuhnya berwarna
coklat terang dengan semburat jingga di beberapa bagian tubuhnya.
“Tak ada yang
berbeda darimu, anakku. Kau tetap serigala jantan yang perkasa, melolong
panjang sekuat tenaga, sama dengan saudara dan kawan lainnya". Ucap ayah
menasihati. Ibu Nis, diam sambil memperhatikan.
“Baiklah, akan
kutunjukkan sesuatu padamu. Ayo...”, ajak Ayah yang segera diikuti ibu, Vicy,
dan kedua orang saudaranya.
“Hendak kemana
kita, Yah?” Sergah Vic sambil
berjalan setengah di belakang ayah. Hingga berhenti di bukit padang savana
penuh dengan merumput segar di sekelilingnya. Ibu,Vin, dan Vid pun berhenti
seketika.
“Kemarilah Vicy,
mendekatlah pada ayah,” Ayah Ron mengajak Vicy menaiki puncak bukit terdekat.
Vic pun menuruti, berdiri di puncak bukit yang ditunjukkan Ayah.
“Tunggulah
sebentar hingga matahari senja benar-benar di ufuk barat.” Ucap Ayah kemudian.
Vicy menuruti sambil
tak henti bertanya-tanya.
Ketika senja
datang, matahari bersinar terang di arah barat. Ayah pun berkata :
“Berdirilah di puncak
bukit itu Vic, arahkan tubuhmu ke utara-selatan, lalu kibaskan bulumu
pelan-pelan dengan kuat.“
Vicy melakukan
seperti suruhan Ayah. Ia kibaskan bulu-bulu tubuhnya sekuat tenaga namun dengan
gerakan pelan. Maka terjadilah pemandangan yang sungguh menakjubkan.
“Woow, indah
nian, betapa cantiknya kau, Vic,“
Teriak Viny dan Vidy hampir bersamaan, memandang bulu-bulu tubuh Vicy berkibas
melambai dengan warna jingga yang menakjubkan berkat pancaran matahari senja
yang menyemburat jingga saga.
Vicy pun tak
kalah takjub, mendapat pujian yang belum pernah ia dapatkan. Ia tersenyum malu-malu.
“Vic, kau memang
berbeda, namun kau tak perlu berkecil hati. Sebab berbeda adalah kelebihan kita
yang patut kita terima,“
tutur Ibu.
“Iya, bu....” Jawab Vic
“Benar saudaraku, kau
tampak gagah dan menarik dengan bulu jingga itu.“ Kata kedua kakak Vicy hampir
bersamaan.
“Benarkah, kak.“
Tanya Vicy dengan ketakjubannya.
Maka, Vicy tak lagi bersedih
hati, bulu tubuhnya yang kemarin mengganggu, ternyata kini justru membuatnya
berbangga diri. Hingga kemana pun dia pergi, Vic akan berjalan dengan dada
membusung, kepala mendongak, dan ekor bergoyang goyang. Vic merasa bahwa dialah
serigala terganteng di seluruh Hutan Utara ini.
Dia akan
mengibaskan bulu tubuhnya diatas bukit
pada senja hari. Semula kawan-kawannya memberikan tepuk tangan gembira.
Namun, suatu senja ketika Vic membentak dengan marah pada temannya yang kurang
gemuruh bertepuk tangan, maka berkurang pula simpati teman-temannya. Mereka tak
lagi menyukainya, bahkan lebih
menghindari. Ya, Vicy berubah menjadi sombong dan suka merendahkan temannya yang
buruk rupa. Kepada Ayah, Ibu dan kedua saudaranya pun, Vic tak lagi seperti
dulu. Lupa sayang dan enggan jiak
dimintai
bantuan.
Ayah dan Ibu
merasakan perubahan itu.
“ Harus kita
hentikan sikapnya.” Kata Ayah Ron.
“Telah kunasehati, namun seperti tak
didengarkannya.“ Timpal ibu
menyahut.
“ Biar
kupikirkan cara mengatasinya.“
Sahut Ayah.
Maka, suatu
senja Ayah dan Ibu mengajak Vic ke puncak bukit. Dengan riang dan bangga, ia berjalan
mengiringi mereka.” Pastilah akan ada pertunjukkan bulu jinggaku” Pikir
Vic.
Setiba di padang
sabana, telah menunggu ibu, kedua saudaranya dan teman- teman sepermainannya,
Vic segera mendaki bukit seperti biasanya. Dan tanpa disuruh pun ia segera
mengibaskan bulu tubuhnya pelan-pelan sekuat tenaga. Berharap ada gemuruh
tepukan dari yang hadir. Vicy kemudian mengulangi lagi pertunjukannya. Suasana
tetap hening, tanpa gemuruh tepukan. Untuk ketiga kalinya, Vic menunjukkan
kebolehannya, namun semakin sunyi tanpa suara gembira. Hingga suasana terpecah
suara Viny, si Sulung :
“Mengapa kau
tampak menyeramkan. Kemana bulu jingga cantikmu yang selalu kau banggakan?”
Pertanyaan Viny
seperti halilintar yang menghantam. Pedih di dada, memekakkan telinga. Vic
tertunduk malu, diam tanpa kata-kata, tak bergeming sedikitpun jua.
Segera Ibu Nis
menghampiri sambil menasihati :
“Tak perlu
sombong pada yang kita punya, sebab suatu saat akan sirna juga. Hentikan, jadilah
anak yang membanggakan karena kebaikan tingkah lakunya.“ Kata Ibu yang
diiringi anggukan Vic.
“Ya bu, aku akan
berubah baik,“
janji Vic dengan iringan
tepuk tangan saudara dan teman-temannya yang hadir. Senyum Vic mengembang
senang.
Demikian cara
Ayah Ron menghentikan kesombongan Vicy, dengan mengajaknya mengibaskan bulu
tubuh di senja tanpa cahaya saga, sebab di musim penghujan dengan langit
mendung saat itu, hanya akan ada bias gelap dan muram, tak mungkin bias saga
menjinggakan lagi bulu-bulunya.
1 Comments
Mantap, Mak!!!
ReplyDelete